Wamena – di kabupaten jayawijaya, Wamena kita akan melihat keaneka ragaman budaya yang masih asri, sebab di kawasan tersebut di huni sekitar 40 suku lebih, antara lain suku Napua, Dani, Tomini dan masih banyak lagi. Kita bisa melihat gambaran kehidupan orang – orang papua di zaman dahulu, mulai dari bertahan hidup dengan berburu, berpindah pindah tempat menyesuaikan dengan kondisi alam, masing – masing suku memiliki kebudayaan sendiri.
Dengan banyaknya budaya yang di miliki wamena, tentu ada persamaan yang saling mengaitkan antara budaya satu, dengan budaya yang lain, termasuk peran penting dari kaum laki – laki dalam peradaban di kawasan Wamena, berikut penjelasan yang dituturkan oleh Dinas pariwisata kab. Jayawijaya :
Perang
Perang atau dalam bahasa adat disebut dengan wim tak terdengar asing di kalangan suku kawasan tengah pegunungan Jayawijaya, juga sering kita temui kabar berita yang di muat TV swata tentang seringnnya terjadi perang antara suku di kawasan Papua khusunya di kab. Jayawijaya. Biasanya, penyabanya dalah sengketa batas tanah, perebutan perempuan atau permasalahan hewan piaraan seperti Babi.
Perang berlangsung turun temurun, karena aksi balas dendam yang akan di lakukan oleh suku yang kalah dalam peperangan sebelumnya, sebab perang adalah harga diri, karena itu semua akan berperang demi harga diri.
Senjata yang di bawa dalam perang antara lain Tombak, Panah, Parang Batu, terdapat racun yang terbuat dari tumbuh – tumbuhan yang di taruh di ujung panah dan tombak. Ketika berperang tubuh mereka di baluri oleh tanah liat untuk penyamaran terhadap musuh, selain suntuk siasat perang juga untuk melindungi tubuh dari terik matahari.
Baca Juga : Mendaki Gunung Semeru
Strategi perang akan di rundingkan dengan kepala suku dengan membagi tugas atau mengutus seseorang untuk mengintai lawan dari atas pohon, kepala suku yang nantinya akan meramalka strategi untuk meminimalisir korban yang berjatuhan, suku yang mengalami banyak korban dalam peprangan di anggap bersalah.
Kemenangan akan di rayakan dengan tari kemenangan, para perajurit akan kembali ke distrik lalu merayakan pesta. Tari kemenangan sangat simple dan mudah di lakukan, hanya melompat dan berteriak.
Puradan ( lempar Tombak ) |
Puradan
Puradan atau melempar tombak sambil berlari adalah permainan yang kebanyakan dilakukan oleh anak – anak distrik wamena. Sasaranya adalah rotan yang di lempar yang di bentuk melingkar atau di gelindingkan, sebuah tombak dikatakan mengenai sasaran apabila tombak melewati tengah lingkaran rotan.
Tombak yang di gunakan untuk puradan terbuat dari kayu sama halnya dengan tombak perang namun ukurannya lebih kecil dan tidak ada racun di ujungnya.
Kepala Suku
Kepala suku adalah orang yang sangat dihormati oleh semua masyarakat yang di pimpinnya, kepemimpinan di dapat secara turun temurun. Kepala suku di tetapkan dengan upara adat. Potong Babi atau bakar Batu adalah adat yang masih atau tidak bisa di tinggalkan.
Kepala suku biasanya akan memakai pakaian yang bervariatif dan mencolok dari pada yang lain, kepala suku akan memakai mahkota dari bulu burung dan hidungnya akan di hiasi dengan taring Babi yang di tusukkan ditengah hidung.
Kebanyakan kepala suku menikah lebih dari satu wanita, kerapkali keluarga perempuanlah yang akan menawarkan gadisnya untuk dinikahi sebab dinikahi oleh kepala suku merupakan sebah kehormatan.
0 komentar:
Posting Komentar