Kamis, 08 Juni 2017

Handro Warisan Budaya Garut yang Hampir Punah

Handro 

Nama : Panca Mustika 
Pimpinan : Drs. Cecep SR
Desa Bojong - Kecamatan Bungbulang - Kabupaten Garut

Sebagaimana di daerah lainya yang pernah memiliki pengaruh kuat penyebaran Agama Islam dan bertahan hingga kini, dan terdapat juga Seni Handro, Begitulah pula Seni Handro yang ada di Kabupaten Garut, karena pada hakikatnya Seni Handro adalah jenis kesenian berlatar belakang penyebaran Agama Islam yang merupakan perpaduan antara hasil budaya parsi atau Arab dengan budaya setempat, dalam hal ini Budaya Parahyangan.

Seni Handro yang ada di Kabupaten Garut ini pertama kali dikenalkan oleh Kyai Haji Sura dan Kyai Haji Achmad Sayuti yang berasal dari Kampung Tanjung Singuru - Kec. Samarang - Kabupaten Garut pada sekitar tahun 1917. Kehadiran KH. Sura dan KH. Achmad Sayuti tentu saja mendapat sambutan hangat dari masyarakat Desa Bojong. Maka tidak heran apabila perkembangan Seni Handro sungguh sangat menggembirakan pada waktu itu. 

Sedangkan mengenai Kelompok Seni Handro yang ada di Kecamatan Bungbulang ini diberi nama PANCA MUSTIKA artinya identik dengan kebesaran Kandangwesi, yang mempunyai papakem Panca Mustika atau Lima Mustika, yaitu : 
  • Ulah Ngarempug Tugu (Jangan Melanggar Hukum) 
  • Ulah Ngarempug Canar (Jangan Merubah Keputusan Bersama) 
  • Ulah Ngarempug Meulah Pamali (Jangan Merasa Benar Sendiri) 
  • Ulah Ngukut Anjing Belang (Jangan Iri Hati) 
  • Ulah Ngukut Ucing Belang (Jangan Mencari - cari Kesalahan Orang Lain)
Jenis kesenian ini memiliki ciri tertentu dalam gaya dan lagunya. Gaya / Laga adalah gerak gerik yang dilakukan dalam mengisi pertunjukan, pada Seni Handro gerak / gaya diambil dari jurus-jurus pencak silat yang menggambarkan kepatriotan. Sedangkan lagu / liriknya diambil dari sejak pujangga Islam Syech Jafar Al - Barznji.

Waditra (alat musik) yang dipergunakan untuk mengiringi Seni Handro ini terdiri dari ; Rebana, Tilingit, Kempring, Kompeang, Bangsing, Terompet dan Bajidor. Para pemainnya mengenakan busana berupa baju putih dan celana hitam yang dihiasi dengan selendang merah melilit di dada.

Seni Handro menggambarkan kepatriotan para pejuang muslim dalam menentang kaum penjajah. Masyarakat Desa Bojong sebenarnya boleh berbangga hati karena pada saat ini seni tersebut berada pada kondisi yang masih mampu bertahan dengan kemandiriannya. 

Demikian sekelumit riwayat singkat kelahiran seni tradisional Handro yang didalamnya terkandung arti dan makna hakiki dari Maha PEncipta kepada umat-Nnya.***

0 komentar: